Selasa, 26 Juni 2012

e learning


e learning


PENDEKATAN, KONSEP PENYELENGGARAAN, METODE dan STRATEGI e-LEARNING
Oleh : Alfashohah Ukhrowi, Nur Hasanah, Abdurrahman Aziz[1]

PENDAHULUAN
1)      Latar belakang
Dulu mungkin kita berpikir bahwa kegiatan belajar mengajar harus dalam ruang kelas. Dengan kondisi dimana guru atau dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis materi pelajaran di papan tulis. Beberapa puluh tahun yang lalu pun juga telah dikenal pendidikan jarak jauh. Walaupun dengan mekanisme yang boleh dibilang cukup ‘sederhana’ untuk ukuran sekarang, tetapi saat itu metode tersebut sudah dapat membantu orang-orang yang butuh belajar atau mengenyam pendidikan tanpa terhalang kendala geografis. Memang kita akui, sejak ditemukannya teknologi Internet, hampir ‘segalanya’ menjadi mungkin. Kini kita dapat belajar tak hanya anywhere, tetapi sekaligus anytime dengan fasilitas sistem e-Learning yang ada.[2]
Pendekatan e-learning atau electronic learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer. Karena itu maka e-learning sering disebut juga ’online course’.[3]
Kecenderungan untuk mengembangkan e-learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di bidang telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan e-learning tidak lagi hanya menjadi monopoli kota-kota besar, tetapi secara bertahap sudah mulai dapat dinikmati oleh mereka yang berada di kota-kota di tingkat kabupaten. Artinya, masyarakat yang berada di kabupaten telah dapat menggunakan fasilitas internet.[4]

2)     Rumusan masalah
Bertolak dari latar belakang di atas yang berisikan karakteristik dari e-Learning, makalah ini di batasi dalam beberapa pembahasan yaitu:
1.      Bagaimanakah pendekatan e-Learning?
2.      Seperti apakah konsep penyelenggaraan e-Learning?
3.      Bagaimanakah metode penyampaian e-Leraning itu?
4.      Dan bagaimanakah bentuk strategi dalam e-Learning?

PEMBAHASAN
A.     Pendekatan dalam e-Learning[5]
Dalam banyak rujukan dijelaskan pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan kesatuan antara keunggulan teknologi elektronika dan metode pembelajaran untuk menjadikan penggunanya belajar (learning). Untuk menyampaikan suatu pembelajaran melalui e-learning kita harus mampu menggabungkan kedua hal tersebut, yaitu teknologi dan metode belajar.
Ungkapan “contents is king” sering kita dengar dalam dunia e-learning. Sebuah sistem e-Learning tidak berarti apa-apa apabila tidak memiliki konten. Namun di sisi lain, sistem e-learning yang berisi banyak konten pun tidak menjamin penggunanya ‘belajar’ melalui sistem yang dimaksud itu.
Dalam filosofi pendidikan, banyak aliran dan pendekatan yang menerangkan tentang bagaimana seseorang belajar, seperti kita ketahui terdapat pendekatan kognitivisme, behaviourisme, dan kontruktivisme. Dalam era e-Learning, ketiga pendekatan tersebut tak lantas menjadi kadaluarsa dan harus digantikan. Justru setelah era e-Learning seorang guru/dosen/learning designer harus mampu mengadopsi pendekatan-pendekatan tersebut kedalam bentuk digital, inilah yang saya sebut ‘Learning Design dalam e-Learning’.[6]
Learning design tidak serta merta berbicara masalah bagaimana membuat sebuah konten yang baik dan dipahami oleh penggunanya. Lebih dari itu, learning design akan berbicara hingga bagaimana menimbulkan kesadaran (awareness), daya tarik (attraction) dan pada akhirnya menimbulkan rasa ingin mengadopsi (adoption) e-Learning yang dikembangkan.
Hal yang sering dilakukan dalam membuat sebuah pembelajaran (course) e-Learning adalah kita langsung berpikir bahwa pengguna akan langsung melakukan adopsi (adoption) terhadap course kita. Inilah kesalahan besar dalam merencanakan pembelajaran e-Learning. Materi berupa modul-modul pdf, presentasi-presentasi powerpoint dan sebagainya terus di-upload tanpa memperhatikan rancangan course. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran e-Learning selanjutnya adalah dengan mendesain course yang menimbulkan kesadaran dan daya tarik bagi penggunanya.

B.     Konsep penyelenggaraan e-Learning[7]
Konsep keberhasilan program e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi, juga oleh perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan (Natakusumah, 2002).      
Secara konsep, dosen e-learning harus mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik. Studio pengajar perlu dikelola lebih baik dari pada ruangan kelas biasa. Dosen harus dapat menggunakan peralatan, antara lain menggunakan audio, video materials, dan jaringan komputer selama pembelajaran berlangsung. Menurut Koswara (2006) kemampuan baru yang diperlukan dosen untuk e-learning, antara lain perlu:
a)      Mengerti tentang e-learning,           
b)      Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa,
c)      Mendesain dan mengembangkan materi kuliah yang interaktif sesuai dengan perkembangan teknologi baru,        
d)     Mengadaptasi strategi mengajar untuk menyampaikan materi secara elektronik,  
e)      Mengorganisir materi dalam format yang mudah untuk dipelajari,
f)       Melakukan training dan praktek secara elektronik,
g)      Terlibat dalam perencanaan, pengembangan, dan pengambilan keputusan,           
h)      Mengevaluasi keberhasilan pembelajaran, attitude dan persepsi para mahasiswanya.       

Sementara itu untuk menghindari kegagalan e-learning, program-program yang perlu dikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna khususnya mahasiswa antara lain :        
- Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan proses pembelajaran : tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal kuliah, tugas, jadwal dosen, daftar referensi atau bahan bacaan dan kontak pengajar     
- Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah, bahan presentasi, contoh uian yang lalu, FAQ (frequently ask question), sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan artikel-artikel dalam jurnal online
- Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list diskusi, papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah, informasi tugas dan batas waktu pengumpulannya.[8]

C.     Metode Penyampaian e-Learning
Jadi metode penyampaian bahan ajar di e-Learning ada dua :
  1. Synchrounous e-Learning
Guru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Nah peran teleconference ada di sini. Misalnya saya mahasiswa di Universitas Ujung Aspal mengikuti kuliah lewat teleconference dengan professor yang ada di Stanford University. Nah ini disebut dengan Synchronous e-Learning. Yang pasti perlu bandwidth besar dan biaya mahal.[9] Jujur saja Indonesia belum siap di level ini, dalam sudut pandang kebutuhan maupun tingginya biaya. Tapi ada yang main hajar saja (tanpa study yang matang) mengimplementasikan synchronous e-Learning ini. Hasilnya peralatan teleconference yang sudah terlanjur dibeli mahal hanya digunakan untuk coffee morning, itupun 6 bulan sekali.[10]
Adapun gambaran dari metode ini adalah sebagai berikut:
  1. Asynchronous e-Learning
Guru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda. Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi) e-Learning berupa Learning Management System dan content baik berbasis text atau multimedia. Sistem dan content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di Internet. Guru dan siswa bisa melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan kapanpun. Tahapan implementasi e-Learning yang umum, Asynchronous e-Learning dimatangkan terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous e-Learning ketika kebutuhan itu datang.[11]
Gambaran dari metode ini adalah sebagai berikut:

D.    Strategi e-Learning
Strategi penggunaan e-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar, diharapkan dapat meningkatkan daya serap dari mahasiswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa; meningkatkan kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi informasi, dengan perangkat biasa sulit untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses belajar-mengajar dengan menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada ruang dan waktu. Untuk mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan suatu aplikasi e-learning perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan harus menunjang penyampaian informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan sisi keindahan saja; memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang digunakan; memperhatikan teknik evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan mahasiswa.[12]
Materi dari pendidikan dan pelatihan dapat diambil dari sumber-sumber yang valid dan dengan teknologi e-learning, materi bahkan dapat diproduksi berdasarkan sumber dari tenaga-tenaga ahli (experts). Misalnya, tampilan video digital yang menampilkan seorang ahli mekanik menunjukkan bagaimana caranya memperbaiki suatu bagian dari mesin mobil. Dengan animasi 3 dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja dari mesin otomotif dua langkah.
Menurut Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :[13]
·         Learning by doing. Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari; contohnya adalah simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon penerbang dapat dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih dengan pesawat yang sesungguhnya
·         Incidental learning. Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah wisata.
·         Learning by reflection. Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan berdasarkan masukan dari mahasiswa.
·         Case-based learning. Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai subyek yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber ahli dan kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari. Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
·         Learning by exploring. Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi dengan cara melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk mencapai tujuan tersebut.[14]

KESIMPULAN
E-learning atau electronic learning merupakan strategi pembelajaran yang berbasis pada IT (Information Technology) dengan penggunaan infrastruktur yang berupa media komputer, internet, dan media komunikasi yang lainnya. Dalam e-Learning juga terdapat pendekatan-pendekatan yang mana sudah digunakan dalam dunia pendidikan, seperti pendekatan kognitivistik, behavioristik, dan lain sebagainya, seorang guru/dosen/learning designer harus mampu mengadopsi pendekatan-pendekatan tersebut kedalam bentuk digital.
e-Learning menggunakan dua metode yaitu metode Synchrounous e-Learning dan Asynchronous e-Learning. Pembelajaran e-learning saat ini sudah banyak diterapkan di berbagai institusi, khususnya di perguruan tinggi. Pemanfaatan e-Learning dapat meningkatkan kompetensi siswa didik sehingga dapat belajar secara mandiri dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada terutama jaringan INTERNET juga dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Hal ini terjadi karena pengembangan digital content akan dilakukan secara terus menerus.

Daftar Pustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar