e learning
PENDEKATAN, KONSEP PENYELENGGARAAN,
METODE dan STRATEGI e-LEARNING
Oleh : Alfashohah Ukhrowi, Nur Hasanah,
Abdurrahman Aziz[1]
PENDAHULUAN
1) Latar belakang
Dulu mungkin kita
berpikir bahwa kegiatan belajar mengajar harus dalam ruang kelas. Dengan
kondisi dimana guru atau dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis
materi pelajaran di papan tulis. Beberapa puluh tahun yang lalu pun juga telah
dikenal pendidikan jarak jauh. Walaupun dengan mekanisme yang boleh dibilang
cukup ‘sederhana’ untuk ukuran sekarang, tetapi saat itu metode tersebut sudah
dapat membantu orang-orang yang butuh belajar atau mengenyam pendidikan tanpa
terhalang kendala geografis. Memang kita akui, sejak ditemukannya teknologi
Internet, hampir ‘segalanya’ menjadi mungkin. Kini kita dapat belajar tak hanya
anywhere, tetapi sekaligus anytime dengan fasilitas sistem e-Learning yang ada.[2]
Pendekatan e-learning atau electronic
learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dengan menggunakan
jasa bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer. Karena itu
maka e-learning sering disebut juga ’online course’.[3]
Kecenderungan untuk
mengembangkan e-learning sebagai salah satu alternatif pembelajaran di berbagai
lembaga pendidikan dan pelatihan semakin meningkat sejalan dengan perkembangan
di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Infrastruktur di bidang
telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan e-learning tidak lagi hanya
menjadi monopoli kota-kota besar, tetapi secara bertahap sudah mulai dapat
dinikmati oleh mereka yang berada di kota-kota di tingkat kabupaten. Artinya,
masyarakat yang berada di kabupaten telah dapat menggunakan fasilitas internet.[4]
2) Rumusan masalah
Bertolak
dari latar belakang di atas yang berisikan karakteristik dari e-Learning,
makalah ini di batasi dalam beberapa pembahasan yaitu:
1. Bagaimanakah pendekatan
e-Learning?
2. Seperti apakah konsep
penyelenggaraan e-Learning?
3. Bagaimanakah metode
penyampaian e-Leraning itu?
4. Dan bagaimanakah bentuk
strategi dalam e-Learning?
PEMBAHASAN
A. Pendekatan dalam e-Learning[5]
Dalam banyak rujukan dijelaskan pembelajaran elektronik
(e-learning) merupakan kesatuan antara keunggulan teknologi elektronika dan
metode pembelajaran untuk menjadikan penggunanya belajar (learning). Untuk
menyampaikan suatu pembelajaran melalui e-learning kita harus mampu
menggabungkan kedua hal tersebut, yaitu teknologi dan metode belajar.
Ungkapan “contents is king” sering kita dengar dalam
dunia e-learning. Sebuah sistem e-Learning tidak berarti apa-apa apabila tidak
memiliki konten. Namun di sisi lain, sistem e-learning yang berisi banyak
konten pun tidak menjamin penggunanya ‘belajar’ melalui sistem yang dimaksud
itu.
Dalam filosofi pendidikan, banyak aliran dan pendekatan
yang menerangkan tentang bagaimana seseorang belajar, seperti kita ketahui
terdapat pendekatan kognitivisme, behaviourisme, dan kontruktivisme. Dalam era
e-Learning, ketiga pendekatan tersebut tak lantas menjadi kadaluarsa dan harus
digantikan. Justru setelah era e-Learning seorang guru/dosen/learning designer
harus mampu mengadopsi pendekatan-pendekatan tersebut kedalam bentuk digital,
inilah yang saya sebut ‘Learning Design dalam e-Learning’.[6]
Learning design tidak serta merta berbicara masalah
bagaimana membuat sebuah konten yang baik dan dipahami oleh penggunanya. Lebih
dari itu, learning design akan berbicara hingga bagaimana menimbulkan kesadaran
(awareness), daya tarik (attraction) dan pada akhirnya menimbulkan rasa ingin
mengadopsi (adoption) e-Learning yang dikembangkan.
Hal yang sering dilakukan dalam membuat sebuah
pembelajaran (course) e-Learning adalah kita langsung berpikir bahwa pengguna
akan langsung melakukan adopsi (adoption) terhadap course kita. Inilah
kesalahan besar dalam merencanakan pembelajaran e-Learning. Materi berupa
modul-modul pdf, presentasi-presentasi powerpoint dan sebagainya terus
di-upload tanpa memperhatikan rancangan course. Hal penting yang perlu
diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran e-Learning selanjutnya adalah dengan
mendesain course yang menimbulkan kesadaran dan daya tarik bagi penggunanya.
B. Konsep penyelenggaraan e-Learning[7]
Konsep keberhasilan program
e-learning selain ditunjang oleh perangkat teknologi informasi, juga oleh
perencanaan, administrasi, manajemen dan ekonomi yang memadai. Perlu juga
diperhatikan peranan dari para fasilitator, dosen, staf, cara implementasi,
cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas, biaya, dan jadwal kegitan
(Natakusumah, 2002).
Secara konsep, dosen e-learning harus
mempunyai kemampuan pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami
strategi e-learning yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran,
persiapan pelajaran, pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang,
penyampaian materi pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa,
penyeleksian dan pengevaluasian tugas secara elektronik. Studio pengajar perlu
dikelola lebih baik dari pada ruangan kelas biasa. Dosen harus dapat
menggunakan peralatan, antara lain menggunakan audio, video materials, dan jaringan
komputer selama pembelajaran berlangsung. Menurut Koswara (2006) kemampuan baru
yang diperlukan dosen untuk e-learning, antara lain perlu:
a)
Mengerti tentang e-learning,
b)
Mengidentifikasi karakteristik
mahasiswa,
c)
Mendesain dan mengembangkan
materi kuliah yang interaktif sesuai dengan perkembangan teknologi baru,
d)
Mengadaptasi strategi mengajar
untuk menyampaikan materi secara elektronik,
e)
Mengorganisir materi dalam
format yang mudah untuk dipelajari,
f)
Melakukan training dan praktek
secara elektronik,
g)
Terlibat dalam perencanaan,
pengembangan, dan pengambilan keputusan,
h)
Mengevaluasi keberhasilan
pembelajaran, attitude dan persepsi para mahasiswanya.
Sementara
itu untuk menghindari kegagalan e-learning, program-program yang perlu
dikembangkan berkaitan dengan kebutuhan pengguna khususnya mahasiswa antara
lain :
- Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan proses pembelajaran : tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal kuliah, tugas, jadwal dosen, daftar referensi atau bahan bacaan dan kontak pengajar
- Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah, bahan presentasi, contoh uian yang lalu, FAQ (frequently ask question), sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan artikel-artikel dalam jurnal online
- Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list diskusi, papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah, informasi tugas dan batas waktu pengumpulannya.[8]
- Berkaitan dengan informasi tentang unit-unit terkait dengan proses pembelajaran : tujuan dan sasaran, silabus, metode pengajaran, jadwal kuliah, tugas, jadwal dosen, daftar referensi atau bahan bacaan dan kontak pengajar
- Kemudahan akses ke sumber referensi : diktat dan catatan kuliah, bahan presentasi, contoh uian yang lalu, FAQ (frequently ask question), sumber-sumber referensi untuk pengerjaan tugas, situs-situs bermanfaat dan artikel-artikel dalam jurnal online
- Komunikasi dalam kelas : forum diskusi online, mailing list diskusi, papan pengumuman yang menyediakan informasi (perubahan jadwal kuliah, informasi tugas dan batas waktu pengumpulannya.[8]
C. Metode Penyampaian e-Learning
Jadi metode
penyampaian bahan ajar di e-Learning ada dua :
- Synchrounous e-Learning
Guru
dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Nah peran teleconference ada di sini.
Misalnya saya mahasiswa di Universitas Ujung Aspal mengikuti kuliah lewat
teleconference dengan professor yang ada di Stanford University. Nah ini
disebut dengan Synchronous e-Learning. Yang pasti perlu bandwidth besar
dan biaya mahal.[9]
Jujur saja
Indonesia belum siap di level ini, dalam sudut pandang kebutuhan maupun
tingginya biaya. Tapi ada yang main hajar saja (tanpa study yang matang)
mengimplementasikan synchronous e-Learning
ini. Hasilnya peralatan teleconference yang sudah terlanjur dibeli mahal hanya
digunakan untuk coffee morning, itupun 6 bulan sekali.[10]
Adapun
gambaran dari metode ini adalah sebagai berikut:
- Asynchronous e-Learning
Guru
dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan
tempat yang berbeda.
Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi) e-Learning berupa Learning
Management System dan content baik berbasis text atau multimedia. Sistem dan
content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di Internet. Guru dan siswa
bisa melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan kapanpun. Tahapan
implementasi e-Learning yang umum, Asynchronous e-Learning dimatangkan
terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous e-Learning
ketika kebutuhan itu datang.[11]
Gambaran
dari metode ini adalah sebagai berikut:
D.
Strategi e-Learning
Strategi penggunaan e-learning untuk
menunjang pelaksanaan proses belajar, diharapkan dapat meningkatkan daya serap
dari mahasiswa atas materi yang diajarkan; meningkatkan partisipasi aktif dari
mahasiswa; meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa; meningkatkan
kualitas materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kemampuan menampilkan
informasi dengan perangkat teknologi informasi, dengan perangkat biasa sulit
untuk dilakukan; memperluas daya jangkau proses belajar-mengajar dengan
menggunakan jaringan komputer, tidak terbatas pada ruang dan waktu. Untuk
mencapai hal-hal tersebut di atas, dalam pengembangan suatu aplikasi e-learning
perlu diperhatikan bahwa materi yang ditampilkan harus menunjang penyampaian
informasi yang benar, tidak hanya mengutamakan sisi keindahan saja;
memperhatikan dengan seksama teknik belajar-mengajar yang digunakan;
memperhatikan teknik evaluasi kemajuan mahasiswa dan penyimpanan data kemajuan
mahasiswa.[12]
Materi dari pendidikan dan pelatihan
dapat diambil dari sumber-sumber yang valid dan dengan teknologi e-learning,
materi bahkan dapat diproduksi berdasarkan sumber dari tenaga-tenaga ahli
(experts). Misalnya, tampilan video digital yang menampilkan seorang ahli
mekanik menunjukkan bagaimana caranya memperbaiki suatu bagian dari mesin
mobil. Dengan animasi 3 dimensi dapat ditunjukkan bagaimana cara kerja dari
mesin otomotif dua langkah.
Menurut
Koswara (2006) ada beberapa strategi pengajaran yang dapat diterapkan dengan
menggunakan teknologi e-learning adalah sebagai berikut :[13]
·
Learning
by doing.
Simulasi belajar dengan melakukan apa yang hendak dipelajari; contohnya adalah
simulator penerbangan (flight simulator), dimana seorang calon penerbang dapat
dilatih untuk melakukan penerbangan suatu pesawat tertentu seperti ia berlatih
dengan pesawat yang sesungguhnya
·
Incidental
learning.
Mempelajari sesuatu secara tidak langsung. Tidak semua hal menarik untuk
dipelajari, oleh karena itu dengan strategi ini seorang mahasiswa dapat
mempelajari sesuatu melalui hal lain yang lebih menarik, dan diharapkan
informasi yang sebenarnya dapat diserap secara tidak langsung. Misalnya
mempelajari geografi dengan cara melakukan “perjalanan maya” ke daerah-daerah
wisata.
·
Learning
by reflection.
Mempelajari sesuatu dengan mengembangkan ide/gagasan tentang subyek yang hendak
dipelajari. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan suatu ide/gagasan dengan
cara memberikan informasi awal dan aplikasi akan “mendengarkan” dan memproses
masukan ide/gagasan dari mahasiswa untuk kemudian diberikan informasi lanjutan
berdasarkan masukan dari mahasiswa.
·
Case-based
learning.
Mempelajari sesuatu berdasarkan kasus-kasus yang telah terjadi mengenai subyek
yang hendak dipelajari. Strategi ini tergantung kepada nara sumber ahli dan
kasus-kasus yang dapat dikumpulkan tentang materi yang hendak dipelajari.
Mahasiswa dapat mempelajari suatu materi dengan cara menyerap informasi dari
nara sumber ahli tentang kasus-kasus yang telah terjadi atas materi tersebut.
·
Learning
by exploring.
Mempelajari sesuatu dengan cara melakukan eksplorasi terhadap subyek yang
hendak dipelajari. Mahasiswa didorong untuk memahami suatu materi dengan cara
melakukan eksplorasi mandiri atas materi tersebut. Aplikasi harus menyediakan
informasi yang cukup untuk mengakomodasi eksplorasi dari mahasiswa. Mempelajari
sesuatu dengan cara menetapkan suatu sasaran yang hendak dicapai (goal-directed
learning). Mahasiswa diposisikan dalam sebagai seseorang yang harus mencapai
tujuan/sasaran dan aplikasi menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
melakukan hal tersebut. Mahasiswa kemudian menyusun strategi mandiri untuk
mencapai tujuan tersebut.[14]
KESIMPULAN
E-learning atau electronic learning merupakan
strategi pembelajaran yang berbasis pada IT (Information Technology) dengan
penggunaan infrastruktur yang berupa media komputer, internet, dan media
komunikasi yang lainnya. Dalam e-Learning juga terdapat pendekatan-pendekatan
yang mana sudah digunakan dalam dunia pendidikan, seperti pendekatan
kognitivistik, behavioristik, dan lain sebagainya, seorang guru/dosen/learning
designer harus mampu mengadopsi pendekatan-pendekatan tersebut kedalam bentuk
digital.
e-Learning menggunakan dua metode yaitu metode Synchrounous e-Learning dan Asynchronous e-Learning. Pembelajaran e-learning saat ini sudah
banyak diterapkan di berbagai institusi, khususnya di perguruan tinggi.
Pemanfaatan e-Learning dapat meningkatkan kompetensi siswa didik sehingga dapat
belajar secara mandiri dan memanfaatkan semua sumber daya yang ada terutama
jaringan INTERNET juga dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Hal ini terjadi
karena pengembangan digital content akan dilakukan secara terus menerus.
Daftar Pustaka
http://ridwan-hainim.blogspot.com/2009/03/konsep-e-learning.htmlhttp://tbp-unj.blogspot.com/2011/10/pendekatan-e-learning.html
tgl 12 -4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar